Bismillah..,
Segala
puji bagi Allah Ta’aalaa...
Dari Aisyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, "Sesungguhnya anak-anak kalian adalah
pemberian Allah kepada kalian sebagaimana firman Allah yang artinya,
'Dia memberikan kepada siapa saja yang
Dia kehendaki anak perempuan dan Dia memberikan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki anak laki-laki.” (QS.
Asy-Syura: 49). Oleh karena itu,
maka mereka dan harta mereka adalah hak kalian jika kalian
membutuhkannya." (Shahih, Silsilah Shahihah, no.2564).
Subhanallah,,
walhamdulillah... wa laa illaaha illallah.... allahuakbar...
Meskipun masalah ini sudah banyak digembar-gemborkan,
banyak ulasan, banyak referensi, dan banyak sekali materi pembahasan menyangkut
hal ini. Namun, kita harus ber-slogan bahwa tidak ada kata bosan ketika
mempelajari suatu ilmu apalagi yang menyangkut agama sebagai sumber keselamatan.
Meskipun dianggap sepele, hal kecil, yang kadang
kita sebagai seorang anak melalaikannya, yaitu bakti kepada orang tua.
Ehhemm,,, pernahkah dengar ucapan,, “suatu saat
jika sampai KPK menggeledah-ku untuk memeriksa kekayaan-ku, akan kukatakan
bahwa engkau-lah harta terbesar dalam hidup-ku.,”.., sepenggal rayuan gombal
yang lagi ngetrend saat ini. Dan bisa dianalisa 98%, rayuan tersebut ditujukan
untuk,, siapa lagi kalau bukan si ‘ayang’.., hadehhh #geleng2.
Lalu di sebalik sisi yang lain. Apabila sebuah
pertanyaan diajukan kepada para ayah dan para ibu, “apa harta terbesar anda
saat ini.,?”,,, maka 99% (menurut analisa saya), jawaban yang mereka berikan
adalah sama; “keluarga,, terutama
anak2.”. Kalau saja antum melihat dua pasang mata dari dua orang yang saya
tanyai tersebut, itulah mata yang memantulkan dengan sempurna, bias2 dari dasar
lubuk hati mereka. Tulus.... tanpa rekayasa.
Dan sungguh, dekatnya akhir zaman, banyak kasus2
yang....#@%gila#*% bermunculan,, yang terang2an, tak malu
diliput dan disebarkan ke penjuru dunia oleh media massa., ya Allah,,,
Astaghfirullah,, na’udzubillah... ada anak yang hendak memenjarakan
orangtuanya.!! #hela nafas,,, Hhheemmmmm...... Entah musibah besar apa yang
hendak menimpa kepada mereka. Hanya sebab tanah se-petak, atau cuman secuil
harta yang sifatnya sementara di dunia yang fana., kasih sayang orang tua dari
lahir hingga dewasa tak terkenang di hati mereka. Na’udzubillah bangettt deh pokoknya.
Kembali ke pokok masalah, yaitu harta kita
adalah harta orang tua juga.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek
ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu
mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu ingin
mengambil semua hartaku.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau
dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih
payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.” (HR. Ibnu Majah, no. 2292, dinilai sahih
oleh Al-Albani).
Kadang ada seorang anak yang perhitungaaaannnn
bangett sama orangtuanya. Sambil menyodorkan obat kepada ayahnya yang lagi
sakit, “Yah, ini tak beliin obat dulu, tapi nanti minggu depan harus dibalikin
ya uangnya, mau dipake bayar cicilan motor,!” “tadi mau beli di warung depan
udah tutup, jadi beli di toko sana itu, agak mahalan. Di situ cuman 2.000, eh
disana 2.500,, daripada nanggung nih gopek-an, ntar balikin 3.000 aja ya Yah..”
#Astaghfirullah.... hhhemmm
Kalau mau main hitung2an dengan orang tua, ya
jelas saja meskipun sang anak memberikan dunia seisi-nya,, itu belumlah
cukup untuk menggantikan semua yang
telah diberikan oleh kedua orang tua.
Mari coba kita hitung,, dari waktu ibu
mengandung kita, selama mengandung itu ibu harus makan lebih dari biasanya agar
kita yang masih berupa janin selalu sehat, belum lagi susu hamil, vitamin,
memeriksakan kandungan, dll.. Itu butuh biaya. Lalu saat kita lahir, bayar
rumah sakit, bayar syukuran, aqiqah, kebutuhan bayi yang se-abrek,, dari popok,
baju, minyak telon, selendang, gendongan bayi, dorongan bayi, de-el-el. Banyak biayanya.
Dari bayi tumbuh besar sedikit, -balita- umur2 anak suka sakit2an, mesti
bolak-balik ngobatin. Biaya lagi. Terus masa2 kita anak2, sering rewell,,
banyak jajan,, minta ini minta itu, kalo’ gak
dikasih ngambek2, minta maenan-lah, baju-lah, sendal-lah, dll. Biaya banyakk
pula,,, pokoknya ndak terhitung deh,, sampai kita besar seperti sekarang ini,
dulu biaya sekolah kita, jajan tiap hari-nya, piringan nasi tiap hari-nya pula.
Kita disekolahkan hingga,,.. diambil minimalnya lulus SMA, berapa tahun itu...
18-an tahun lah ya.. Nah., hitung-lah kalo’ bisa.!
Itu baru wujud materi-nya. Belum kalau yang non
material-nya juga dihitung. Kelelahan dan kecapean ibu-bapak kita saat
mengurusin kita ini. Bapak yang harus bekerja keras dan ekstra, demi menabung
untuk biaya lahiran kita. Ternyata tabungan-nya kurang, dibela-belain utang..,
dan... Kesakitan ibu saat hamil,, mual2-lah, muntah, rasanya serba gak enak,
kemana2 kita dibawa dalam perut setahun kurang 3bulan lamanya, kadang ada yang
kakinya jadi bengkak, sakitnya tak dirasa,, apalagi pas melahirkan, hingga
harus bertaruh nyawa. Bayang pun,,?!! Berapa itu kalau dinilai dengan
uang,.????!!!
Sadarlah kita,,,,
sodara-sodara....
Tidak layak seseorang menjadi bakhil terhadap hartanya,
kepada yang menyebabkan-nya ada (ibu-bapak)..
So, pada hakekatnya,,
harta yang kita miliki saat ini, yang bisa kita hasilkan saat ini, yang kita
dapat pada hari ini,, semuanya tak lepas
dari peran kedua orang tua. Mereka yang menyayangi kita, yang mendidik kita,
yang membentuk karakter kita, yang membekali kita dengan ilmu yaitu
menyekolahkan kita hingga SMA,, bahkan Sarjana.. dan terutama, mereka selalu
berdo’a agar senantiasa kita bahagia,,, Masa’ iya, kita pelit harta kepada
mereka, yang sebenarnya harta kita adalah hasil jerih payah mereka dengan
membesarkan kita.?!
Alangkah nikmat,,,
sungguh mak nyosss... kala seorang anak, mengusahakan bakti-nya kepada orang
tua. Segala keinginan orang tua dipenuhinya,, meski untuk dirinya sendiri-pun
ibarat-- makan sepiring berdua. Ayahnya telpon, “Nak, sepertinya bapak harus
ganti kacamata, ini sudah gak jelas
dipake baca”,, si anak, “Oh, iya Pak, besok insyaAllah kita ke toko Optik sana
itu untuk ganti yang baru, Ibu dimana Pak?”. Ayah, “Ibu-mu lagi ke rumah
tetangga sebelah, pinjam setrika. Punya kita rusak, kemaren dipake udah gak panas.” Anak, “Wah, sekalian aja
besok kita beli setrika juga Pak”. Ayah, “O iya, kompor gas-nya juga sudah
rusak itu,, tadi aja Ibumu masak pake kayu ...”.
--- Selesai teleponan
dengan si ayah, ada telpon masuk dari Bos, “Kamu tiga hari lagi training ya, ada
program aplikasi baru untuk sistem keuangan perusahaan kita,, tempatnya di
Hotel Ibis Jogja. Keperluan-nya nanti diurus sama si Wati.. Bisa kan,?”,, dijawab,”Oh,
insyaAllah Pak, Siappp,,! Ehmmmm pak, kebetulan nih Bapak telpon, tadinya saya
mau hubungi Bapak, mau tanya,, kira2 saya boleh kasbon lagi gak Pak,,? Nanti langsung potong dari
gaji saya aja bulan depan...???” Lepas itu, bilang ke istri, "Dik, beli ricecooker-nya ditunda dulu ya Dik,,,"
Subhanallah.... sungguh
nikmat... surga dunia..... #saking inginnya menyempurnakan bakti tuk orang tua.
Jadi....... harta
kita,,,, adalah milik orang tua juga..... tidak boleh pelit kepada
mereka..... !
----------Dan,,,, jangan lupa senantiasa doakan mereka.. :D
Wallahu a’lam.,,
Referensi: lihat di sini
-----Jakarta, 28 Januari 2015-----
Ba’da ‘Asar
0 komentar:
Posting Komentar